Hiteen.id – Geger gagal ginjal akut menyintai anak-anak Indonesia beberapa waktu belakangan, mendorong pemerintah untuk segera melakukan penelitian terkait penyebab penyakit misterius tersebut.
Salah satu pemicu yang dicurigai, yakni adanya kandungan berbahaya dalam obat juga mendorong BPOM memeriksa beberapa obat yang terindikasi mengandung senyawa tidak aman untuk dikonsumsi. Terakhir, pada 20 Oktober 2022, BPOM secara resmi menarik 5 jenis obat dari pasaran, yang juga diumumkan melalui media sosial instagram @bpom_ri.
Lima obat tersebut, diantaranya:
1. Termorex Sirup (Obat demam), produksi PT. Konimex, kemasan dus, botol plastik 60ml. Izin Edar: DBL7813003537A1
2. Flurin DMP (Obat batuk & flu), produksi PT. Yarindo Farmatama, kemasan dus, botol plasti 60 ml. Izin Edar: DTL0332708637A1
3. Unibebi Cough Sirup (Obat batuk & flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries, kemasan dus, botol 60 ml. Izin Edar: DTL7226303037A1
4. Unibebi Demam Sirup (Obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries, kemasan dus, botol 60 ml. Izin Edar: DBL87263012371
5. Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries, kemasan dus, botol 15 ml. Izin Edar: DBL192630336A1
Kelima obat tersebut, teindikasi mengandung senyawa Etilen Glikol dan Dietilen Glikol yang melebihi ambang batas aman. Namun begitu, BPOM menyebut bahwa hasil cemaran Etilen Glikol pada kelima obat diatas belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan obat tersebut menjadi pemicu terjadinya gagal ginjal akut pada anak selama rentan Agustus – September 2022.
Beberapa faktor yang juga tengah terus diteliti, yakni infeksi virus, bakteri Leptospira, dan sindrom peradangan multisistem pasca covid-19.
Lebih lanjut, BPOM juga melakukan penarikan dan pemusnahan terhadap kelimat yang mengandung EG dan DEG tersebut untuk antisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan.
Hingga kini, BPOM bersama Kementerian Kesehatan, pakar kefarmasian, pakar famakologi klinis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan seluruh pihak terkait lainnya masih terus melakukan penelitian terkait penyebab gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 1 hingga 5 tahun.